Cari Blog Ini

Senin, 12 Desember 2011

Untitled

     Ga terasa, sudah cukup lama gue ga menulis sebuah entri pun di blog ini. Yeaahh ,,, tau sendiri lah kesibukan mahasiswa ... Hee ...

Sabtu, 19 November 2011

I Can't Understand About This Feeling ...

Ini adalah pertama kalinya aku menagalami perasaan seperti ini. Perasaan yang menurutku cukup asing untuk dirasakan. Sebuah perasaan yang sulit untuk dimengerti. Sesuatu yang tak pernah aku temui, tapi aku merasa nyaman karenanya. Jangan tanya mengapa hal ini bisa terjadi, karena aku sendiri tak tahu harus mejawab apa. Yang jelas, perasaan ini datang dengan tiba-tiba. Tanpa aba-aba. Begitu saja...

Senin, 14 November 2011

Teknologi Islam Moderat


Oleh: Dr. Mustanir Yahya
1. Apresiasi Islam terhadap ilmu pengetahuan (sains)
  1. Pengetahuan dalam Al-Quran
Manusia didaulat menjadi khalifah Allah di bumi ini  karena ilmunya, QS Al-Baqarah 2: 31, dan Allah SWT melebihkan manusia yang beriman serta mempunyai ilmu beberapa tingkatan daripada yang lain, QS Al-Mujadilah 58: 11. Tentu tujuan dari kepemilikan ilmu tidak untuk pengembaraan intelektual, bukan mencerdaskan akal pikiran belaka, tidak juga mampu menguasai forum debat dan diskusi, namun untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT sebagaimana firman-Nya di QS Ali ‘Imran 3: 190-191.

Sabtu, 12 November 2011

DNA Generation

Akhirnya, semua jerih payah dan usahaku selama hampir dua minggu ini membuahkan hasil yang tak mengecewakan.
Ceritanya begini...

Rabu, 02 November 2011

Teman Itu...

     Agak terharu juga setelah membaca tulisan random seorang Emmy Kardinasari tentang Analogi Teman (tapi lebih banyak tertawa terpingkal-pingkal sampai berguling-guling di lantai).

Boyband Abal-abal

     Pekan ini, seharusnya aku menikmati hari-hariku dengan setumpuk kegiatan. Tapi aku malah berkonsentrasi pada sesuatu yang lain. Kau tahu apa itu?

Minggu, 30 Oktober 2011

Let Me Start The Story

     Tadi siang, tiba-tiba aku ingin menulis sebuah cerita, semacam cerpen, atau yang lainnya. Alur ceritanya sudah terbayang dalam benakku. Tinggal merealisasikannya saja. Namun ada satu hal yang aku bingungkan. Dari mana aku harus memulai cerita? Dan bagaimana aku harus mengakhirinya?


Random : Reform My Study System

     Besok adalah hari pertama kuliah di semester 3, sesi UAS. Kimia Fisik adalah mata kuliah pertama besok pagi (diam-diam, aku berharap dosennya diganti. Yeaahh, aku berharap demikian karena dosen di sesi UTS sungguh tidak menyenangkan. Tapi, mungkin aku sendiri yang salah, tak memperhatikan beliau yang menerangkan di depan kelas. Aku malah sibuk mengerjakan laporan dan tugas Genetika Dasar).

"Ajarin cara bikin blog. Plis, darurat."

Nindy : Ajarin cara bikin blog. Plis, darurat.
Aku : Oke. Kapan?
Nindy : Terserah. Bisanya kapan?
Aku : Gimana kalo ntar sore aja. Jam 4 di depan Auditorium Thoyib.
Nindy : Oke.





Sabtu, 29 Oktober 2011

Dari "Hedon-day" Sampai "Si Freemention"

     Ini adalah hari kedua setelah aku terbebas dari cengkeraman makhluk bernama UTS. Yeaahh, tapi bukan berarti aku tak ada kerjaan sama sekali. Coba lihat kamarku. Di sana ada tumpukan laporan praktikum yang sudah melambai-lambai, meminta untuk segera aku kerjakan. Belum lagi aku harus mengurusi pembayaran jaket fakultas yang katanya harus segera dilunasi karena akan segera dibagikan. What the busy holiday!

Jumat, 28 Oktober 2011

My Dream, Part 2

     Lagi, lagi, dan lagi. Petang ini, lagi-lagi Bogor diguyur hujan. Gerimis lebih tepatnya. Agak dingin memang. Hey, hey, kenapa aku jadi teringat sesuatu? Ya, mimpi-mimpiku itu...

Tears - Girls' Generation

Entah kenapa, setiap aku mendengarkan lagu ini, aku selalu merasa terbawa emosi. Aku seperti bisa memahami perasaan dan gejolak jiwa dari makna lagu ini (padahal aku sama sekali tidak mengerti apa arti liriknya)

Penyiapan Olesan dan Pewarnaan Sederhana

     Pewarnaan sederhana adalah teknik pemberian warna pada bakteri atau jasad-jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis atau olesan yang sudah difiksasi.

Kamis, 27 Oktober 2011

Tentang Seseorang, Sebuah Puisi

Ku lari ke hutan, kemudian menyanyi ku.
Ku lari ke pantai, kemudian teriak ku.
Sepi, sepi dan sendiri aku benci.
Aku ingin bingar aku mau di pasar.
Bosan aku dengan penat,
enyah saja kau pekat.
Seperti berjelaga jika ku sendiri.

Pecahkan seja gelasnya biar ramai,
biar mengaduh sampai gaduh.
Ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang di tembok keraton putih.
Kenapa tak goyangkan saja loncengnya biar terdera?

Atau aku harus lari ke hutan, lalu ke pantai?

Bosan aku dengan penat,
dan enyah saja kau pekat.
Seperti berjelaga jika ku sendiri.

Talking About Netherland Scholarship

Visit the link bellow for more information:
Beasiswa S2 ke Belanda

My Dream, Part 1

Setiap orang pasti punya impian dalam hidupnya. Begitu juga denganku. Aku punya impian. Banyak sekali impian dalam hidupku yang ingin aku wujudkan.

GKS (Global Korea Scholarship) Exchange Scholarship for 2011 Fall Semester

Pelajar Indonesia, Korea Selatan menawarkan program beasiswa ke Korea Selatan khusus untuk pelajar yang berasal dari negara-negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia. Bagi Anda yang tertarik mengirimkan aplikasi pendaftaran beasiswa Korea Selatan GKS Exchange Scholarship for 2011 Fall Semester.

Did You Know How You Were Born? Amazing Animation!!!

Man , it's a cool video:
Did u know how u were born? Amazing animation!!!

Curhat, Eps. 2

"Yeaahh ... I'm free !!!"
Kata-kata itulah yang ingin sekali kuucapkan ketika keluar dari ruang ujian Kimia Organik. Setelah melaksanakan Ujian Tengah Semester (UTS) selama beberapa hari, akhirnya aku bisa bernapas dengan sedikit tenang karena ujian telah selesai (walaupun hanya untuk sementara).

Rabu, 26 Oktober 2011

Curhat, Eps. 1

Entah kenapa, hari ini aku ingin sekali mencurahkan segala kepanatan yang aku alami akhir-akhir ini. Bukan tentang tugas kuliah atau Ujian Tengah Semester yang sekarang sedang aku jalani. Tapi lebih dari itu. Lebih penting, lebih mempengaruhi kehidupanku.

Sabtu, 22 Oktober 2011

Korean Life: House

     Hanok, Korean traditional houses, remaind relatively unchanged from the Three Kingdoms period through the late Joseon Dynasty (1392-1910).
     Ondol, an unique Korean underfloor heating system, was first used in the north. Smoke and heat generated from the low-lying kitchen stoves were channeled through flues built under floor. In the warmer south, ondol was used together with wooden floors.The major materials of traditional houses were clay and wood. Giwa, or black-grooced roof tiles. were made of earth, usually red clay. Today, the Presidential mansion is called Cheong Da Wae, or the Blue House, for the blue tiles used for its roof.
      Hanok were built without using any nails but rather asembled with wooden pags. Upper-class house consisted of a number of separate structures, one for the accommodation of women and children, one for the men of the family and their guests, and another for servants, all enclosed within a wall.A family ancestral shrine was built behind the house. A lotus pond was created in front of outside the wall.
     The form of the house differed from the colder north to the warmer south. Simple houses with a rectangular floor and a kitchen and a room on either side developed into an L-shaped house into the south.Hanok later became U-shaped or square-shaped centered around a courtyard.
     From the late 1960's, Korea's housing pattern began to change rapidly with the construction of Western-style apartment buildings. High-rise apartments have mushroomed all over the country since 1970's but the ondol system has remained popular with heated water pipes taking the place of smoke flues under the floor.

Source: Korean Culture and Information Service, Ministry of Culture, Sports, and Tourism

Korean Life: Clothing


     Korean weaved cloth with hemp and arrowroot and raised silkworms to produced silk. During the Three Kingdoms period, men wore jeogori (jacket), baji (trousers), and durumagi (overcoat) with a hat, belt, and pair of shoes. The women wore jeogori (short jacket) with two long ribbons tied to form an otgoreum (knot), a full length, high-waist wap-around, skirt called chima, a durumagi, beoseon (white cotton socks), and boat-shaped shoes. This attire, known as Hanbok, has been handed down in the same form for men and women for hundreds of years with little change except for the length of the jeogori and chima.

     Western-style clothes were commercialized in Korea during the Korean War (1950-1953), and during the rapid industrialization in the 1960’s and 1970’s, Hanbok use declined, being regarded as inappropriate for casual wear. Recently, however, Hanbok lovers have been campaigning to revitalize Hanbok and have update styles to better fit modern work environments.

     A few Koreans still wear Hanbok but usually only on special holidays like Seollal and Chuseok and family festivities suvh as Hwangap, the celebration for parents turning 60.

Source: Korean Culture and Information Sevice, Ministry of Culture, Sport, and Tourism.
    

Jumat, 21 Oktober 2011

Doa Kepada Pemeluk Teguh

     Dulu, ketika aku masih kelas 3 SMP, aku pernah diajari sebuah musikalisasi puisi oleh guru Bahasa Indonesia. Puisi ini berjudul Doa Kepada Pemeluk Teguh, karya Chairil Anwar. Berikut ini adalah puisinya :

Tuhanku,
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
Cahaya-Mu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi.
Tuhanku,
Aku hilang bentuk
Remuk.
Tuhanku,
Aku mengembara di negeri asing.
Tuhanku,
Di pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling.

Ketika IPK Seorang Mahasiswa Turun ...

     Hari ini adalah hari ke tiga aku melaksanakan Ujian Tengah Semester (UTS). Ini adalah UTS pertamaku di semester 3, pertama pula di departemen Biokimia. Menurut info yang kudapat dari beberapa orang kakak kelas, semester 3 adalah saat-saat penurunan IPK. Benarkah ???

     Pernyataan di atas mungkin ada benarnya. Di IPB, semester 3 merupakan masa-masa peralihan dari tingkat 1 ke tingkat 2. Masa ketika mahasiswa yang tadinya hanya belajar mata kuliah yang tidak terlalu sulit (karena pernah dipelajari di SMA), harus berhadapan dengan mata kuliah yang boleh dibilang baru. Belum lagi dengan sulitnya mengatur jadwal antara kuliah, organisasi, bersosialisasi, dan lain sebagainya. Karena kurang mampu mengatur jadwal itulah beberapa mahasiswa yang baru memasuki semester 3 menjadi agak keteteran.

Jumat, 14 Oktober 2011

Introduction to Korean Language

All Koreans speak and write the same language, which has been a decisive factor in forging their strong national identity. Korean has several different dialects in addition to the standard variety used in Seoul. Only the dialect of Jeju-do Province, however, is so different that it is difficult for others to understand.


  • img



  • A portrait of King Sejong(1397-1450), the creator of Hangeul

      PENGATURAN SUHU TUBUH MANUSIA DAN GANGGUAN EKSKRESI KERINGAT AKIBAT PAKAIAN KETAT

             I.            PENDAHULUAN
      A.     Sistem Pengatuan Suhu Tubuh Manusia
      Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk dapat mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu tubuh inti telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh akan dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37˚C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan terangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.

      B.     Pentingnya Memahami Konsep Pengaturan Suhu Tubuh
                  Memahami konsep pengaturan suhu tubuh sangat berguna baik dalam hal penelitian atau pun dalam persoalan klinik, seperti mengatasi demam, persoalan pemberian hipotermik pada kasus pembedahan (bedah jantung), terapi pada kasus yang disebabkan panas berlebihan (heat stroke), atau pada kasus kedinginan yang ekstrem.
                  Manusia dan binatang menyusui mempunyai kemampuan untuk memelihara suhu tubuh relatif konstan dan berlawanan dengan suhu lingkungan. Urgensi diperhatikannya suhu tubuh pada manusia adalah berhubungan dengan reaksi kimia di dalam tubuh kita. Misalnya, kenaikan suhu 10˚C dapat mempercepat proses biologis 2-3 kalinya.
      Suhu inti (core temperature) manusia berfluktuasi sekitar 1˚ Celcius dalam kegiatan sehari-hari. Misalnya paling rendah adalah pada waktu pagi hari sekitar jam 4 sampai jam 6 pagi, dan mencapai puncaknya pada sore hari sekitar jam 2 sampai jam 3 sore.





      Selasa, 11 Oktober 2011

      Energi Aktivasi

           Energi aktivasi adalah energi kinetik minimum yang diperlukan oleh partikel-partikel pereaksi untuk membentuk kompleks teraktivasi. Dalam ilmu kimia, energi aktivasi merupakan istilah yang diperkenalkan oleh Svante August Arrhenius yang didefinisikan sebagai energi yang harus dilampaui agar reaksi kimia dapat terjadi. Energi aktivasi juga dapat diartikan sebagai energi minimum yang dibutuhkan agar suatu reaksi kimia dapat terjadi. Energi aktivasi sebuah reaksi biasanya dilambangkan dengan Ea, dengan satuan kilojoule/mol.
           Dalam reaksi, agar dihasilkan produk maka pereaksi harus memiliki energi minimum untuk membentuk kompleks teraktivasi terlebih dahulu sebelum membentuk hasil reaksi. Terkadang, suatu reaksi kimia membutuhkan energi aktivasi yang sangat besar. Maka dari itu, dibutuhkan suatu katalis agar reaksi dapat berlangsung dengan pasokan energi yang lebih rendah.

      Laju Reaksi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya


           Laju reaksi adalah perbandingan perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi terhadap perubahan waktu (Raymond 2005). Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain konsentrasi pereaksi, suhu, tekanan, katalis, dan luas permukaan bidang sentuh (Munyati 2008).
           Konsentrasi memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi. Semakin besar konsentrasi pereaksi, maka tumbukan yang terjadi antar partikel semakin banyak. Hal ini menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Demikian juga jika konsentrasi diperkecil. Tumbukan yang terjadi antar partikel menjadi berkurang. Dengan demikian laju reaksi menjadi semakin kecil.
           Apabila suhu reaksi ditingkatkan, maka akan menyebabkan partikel semakin aktif bergerak sehinga tumbukan ang terjadi akan semakin banyak. Akibatnya laju reaksi menjadi bertambah cepat. Sebaliknya, apabila suhu reaksi diturunkan, maka akan menyebabkan berkurangnya tumbukan antar prtikel. Hal ini berakibat pada menurunnya laju reaksi.


      Minggu, 09 Oktober 2011

      Girls' Generation



            Girls' Generation adalah grup penyanyi wanita asal Korea Selatan yang dibentuk oleh SM Entertainment pada tahun 2007. Mereka terdiri dari sembilan anggota: Taeyeon, Jessica, Sunny, Tiffany, Hyoyeon, Yuri, Sooyoung, Yoona, dan Seohyun.
      Penggemar sering menyebut mereka sebagai SNSD, singkatan dari nama grup ini dalam bahasa Korea, "So Nyeo Shi Dae". Klub penggemar resmi Girls' Generation bernama S♡NE (소원) yang diambil dari judul lagu dalam album pertama mereka.


      Teknik Aseptik

           Teknik aseptis atau steril adalah suatu sistem cara bekerja (praktek) yang menjaga sterilitas ketika menangani pengkulturan mikroorganisme untuk mencegah kontaminasi terhadap kultur mikroorganisme yang diinginkan.
           Dasar digunakannya teknik aseptik adalah adanya banyak partikel debu yang mengandung mikroorganisme (bakteri atau spora) yang mungkin dapat masuk ke dalam cawan, mulut erlenmeyer, atau mengendap di area kerja. Pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan ini dapat mempengaruhi atau mengganggu hasil dari suatu percobaan. Mikroorganisme dapat juga ”jatuh” dari tangan praktikan, sarung tangan atau jas laboratorium karena pergerakan lengan yang relatif cepat. Penggunaan teknik aseptik meminimalisir material yang digunakan terhadap agen pengontaminasi. Pada kenyataanya teknik aspetis tidak dapat melindungi secara sempurna dari bahaya kontaminan. Namun semakin banyak belajar dari pengalaman maka semakin mengurangi resiko yang ditimbulkan.


      Masa Perkenalan Departemen Biokimia IPB

           Foto di atas diambil pada rangkaian MPD (Masa Perkenalan Departemen) di kampusku, Institut Pertanian Bogor. Dalam acara MPD itu, aku bisa lebih mengenal bagaimana dan seperti apa departemen (jurusan) yang akan aku masuki nanti. Dengan demikian aku dapat bersiap-siap dan mengambil ancang-ancang mengenai strategi kuliah dan lain-lain.

      Sabtu, 08 Oktober 2011

      'Perkenalkan, Ini Sekolahku' Sebuah Cerpen


      Beberapa hari yang lalu, aku menulis sebuah cerpen. Tadinya, aku ingin mengikutsertakan cerpen itu ke dalam sebuah lomba. Tapi karena suatu hal (aku lupa membayar uang pendaftarannya), maka cerpen itu tak jadi aku kirimkan. Berikut ini adalah cerpen yang aku maksud :

      PERKENALKAN, INI SEKOLAHKU

              “Bu,aku berangkat dulu.”
              “Kok buru-buru? Ngga sarapan dulu?”
              “Ngga,sudah hampir jam tujuh nih. Assalamualaikum.”
              “Waalaikumsalam. Hati-hati...”
              Hampir setiap hari selalu begitu. Bangun pagi-pagi, bantu-bantu ibu di warung, siap-siap, lalu berangkat ke sekolah. Biasanya, aku tak perlu berangkat dengan terburu-buru. Tapi pagi ini banyak sekali yang harus aku kerjakan di warung untuk membantu Ibu. Membereskan dagangan, merapikan warung, dan masih banyak lagi. Ya, Ibu membuka sebuah warung kecil untuk ikut menopang kebutuhan ekonomi keluarga kami. Sementara, Ayah bekerja sebagai buruh di luar kota. Penghasilannya tak seberapa. Sebulan sekali beliau mengirimkan gajinya untuk membiayai hidup kami. Ayah hanya pulang sekali dalam tiga bulan.
              “Supaya Ayah bisa mengumpulkan uang yang banyak.” begitu jawaban yang kudapat ketika kutanyakan padanya kenapa Ayah jarang pulang.


              Keluarga kami memang termasuk ke dalam keluarga elit, ekonomi sulit. Tak jarang Ibu meminjam uang kepada rentenir. Apa lagi jika Ayah telat mengirimkan uang dan dompet Ibu mulai menipis. Aku hanya bisa menahan air mata ketika aku melihat Ibu menghitung-hitung daftar utangnya yang semakin panjang. Bukannya aku tak mau meringankan beban Ibu, tapi apa yang bisa aku lakukan? Prestasiku di sekolah tak bisa dibilang memuaskan. Bahkan aku pernah mencoba mengajukan beberapa beasiswa. Tapi hasilnya nihil.
              “Nilai kamu dibawah rata-rata, Don. Mustahil kamu bisa mendapatkan beasiswa itu.” begitu kata guru BP-ku pada suatu hari.
              Mungkin aku hanya bisa melakukan satu hal untuk membantu Ibu, yaitu melakukan apa yang diinginkannya, walaupun tak jarang bertentangan dengan keinginanku. Pernah pada suatu hari ketika aku masih kelas 3 SMP. Setelah lulus dari SMP, aku berencana masuk ke SMK, agar aku bisa mendapatkan keahlian dan langsung bekerja. Tapi apa kata Ibu?
              “Pokoknya, Ibu mau kamu masuk SMA, jurusan IPA.”
              Aku tahu alasan Ibu menginginkan aku sekolah di SMA. Bukan. Bukan karena aku pintar. Tapi lebih karena gengsi. Tetangga kami, Pak Burhan, berhasil menyekolahkan anaknya di jurusan IPA. Itu karena anaknya berbakat di bidang IPA. Tak seperti aku. Karena itulah aku agak terpaksa belajar. Imbasnya, nilai-nilai ulanganku tak pernah melebihi angka tujuh.
              Berbicara mengenai sekolah, Ibu memasukkanku ke sebuah SMA negeri yang terdekat dengan rumah kami. Tentu saja hal ini Ibu lakukan untuk menghemat ongkos. Namun ada satu hal yang membuatku heran ketika mendaftar ke sekolah ini. Ini adalah sebuah sekolah negeri. Artinya, semua biaya pendidikan ditanggung oleh negara, berbeda dengan sekolah swasta. Tapi, kenapa masih ada uang pangkal sebesar tiga juta rupiah? Kenapa setiap siswa harus membayar uang bulanan sebesar Rp 50.000,-? Aku hanya bisa ber-positive thinking ketika pertanyaan-pertanyaan itu muncul. Mungkin saja karena sekolah kami memiliki fasilitas komputer, atau karena sekolah kami mengadakan banyak kegiatan ekstrakurikuler.
              Sekolahku merupakan sebuah SMA yang sederhana, baik dari segi bangunan, apa lagi dari segi kualitas. Jika dilihat dari luar, sekolah ini terlihat seperti sebuah tempat yang menyenangkan dan bisa membuat para siswanya menjadi betah belajar. Dengan halaman depan yang berhiaskan beberapa pot bunga, sekolah ini bagaikan surga bagi para pencari ilmu, dan telaga bagi mereka yang haus pengetahuan.
              Dinding luarnya bercat biru muda, demikian juga dengan pagar tembok yang mengelilinginya. Ketika memasuki gerbang, sebuah lapangan akan menyambut setiap orang yang datang. Lapangan ini biasa digunakan untuk upacara pengibaran bendera setiap hari Senin. Namun lapangan ini bukanlah satu-satunya yang ada di sekolahku. Masih ada sebuah lapangan di bagian dalam. Lapangan yang berbentuk persegi panjang ini dikelilingi ruangan-ruangan kelas di keempat sisinya. Ketika pelajaran olah raga, lapangan ini digunakan oleh para siswa. Tak hanya itu, ketika jam istirahat pun lapangan ini biasa kami gunakan untuk sekedar bermain basket. Karena sering digunakan, beberapa bagian lantai lapangan ini mengalami kerusakan. Walaupun beberapa perwakilan dari siswa sudah membicarakan hal ini dengan pihak sekolah, tapi lapangan ini belum juga diperbaiki.
              Ruangan yang paling menarik perhatianku di sekolah ini adalah ruangan kepala sekolah. Di dalamnya ada sebuah piala kecil yang warnanya sudah agak kusam. Di bagian bawah piala itu tertulis ‘Juara Harapan III Lomba Baca Puisi Tingkat Kota’. Selain piala itu, ada tiga atau empat piala lain, yang keadaannya tak berbeda jauh dari piala sebelumnya, terpajang rapi di sebuah lemari kaca.
              Di depan ruang kepala sekolah adalah ruang guru. Di ruangan ini, setiap guru mempunyai mejanya masing-masing. Hanya ada dua macam benda yang biasanya memenuhi meja-meja ini, yaitu buku-buku PR dan daftar hadir siswa. Tak ada hal yang menarik di ruangan ini. Begitupun dengan para guru yang berada di dalamnya. Dari tiga puluh orang guru yang mengajar di sekolah ini, hanya ada dua orang yang menyandang gelar S2. Sisanya hanya S1. Cara mereka mengajar pun tak terlalu berbeda. Mereka hanya menjelaskan sambil duduk atau berdiri, terkadang menulis sesuatu di papan tulis, lalu memberi kami tugas untuk segera dikerjakan di kelas atau dibawa pulang ke rumah. Bahkan, ada seorang guru ilmu pasti yang mengajar dengan sangat monoton. Aku tak tahu, apakah aku yang terlalu bodoh, ataukah beliau yang tak bisa menjelaskan materi pelajaran. Setiap jam pelajaran selesai, sedikitpun aku tak mengerti apa yang beliau terangkan di depan kelas selama kurang lebih seratus menit.
              Ketika hari-hari pertama aku belajar di sekolah ini, aku pernah dikejutkan oleh suatu hal. Waktu itu, kami sekelas telah duduk manis di tempat masing-masing, siap menerima pelajaran. Kali ini Bahasa Indonesia. Pelajaran yang paling kusenangi karena tak terlalu sulit. Seorang bapak setengah baya yang berseragam PNS memasuki kelas kami. Wajahnya tak asing lagi bagiku.
              “Selamat pagi, Anak-anak.” sapanya.
              “Selamat pagi, Pak.” jawab kami hampir serempak.
              “Sebelum kita memulai pelajaran pertama kita, saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Sujarwo. Saya yang akan mengajar Bahasa Indonesia di kelas ini dan beberapa kelas lain. Saya lulusan S1 jurusan Sosiologi. Selain mengajar Bahasa Indonesia, saya juga mengajar Sosiologi di kelas XII IPS 1, 2, dan 3.”
              Tentu saja aku terkejut. Mana mungkin seorang lulusan dari suatu disiplin ilmu dapat mengajar mata pelajaran yang bukan bidangnya? Walaupun banyak orang beranggapan bahwa pelajaran Bahasa Indonesia tak sesulit Matematika atau Kimia, tapi tetap saja memerlukan pengajar yang kompeten.
              Aku sempat bertanya pada diriku sendiri, apakah sekolah ini kekurangan guru yang berkualitas?
              Ya, aku memang kenal Pak Sujarwo. Beliau adalah salah satu tetangga kami. Rumahnya berada tepat di depan rumah kami. Setahuku, beliau adalah seorang guru yang bersahaja. Rumahnya, pakaiannya, gaya hidupnya, semuanya sederhana. Bagaimana tidak? Dari Ibu, aku tahu bahwa gaji yang diterima Pak Sujarwo dalam satu bulan tak lebih dari dua juta rupiah. Dengan gaji sekecil itu, aku meragukan kesejahteraan hidup beliau. Tentu saja kesejahteraan seorang guru berdampak pada kualitas mengajarnya di sekolah. Bagaimana bisa mengajar dengan baik, jika Pak Sujarwo, dan banyak guru lain di negara ini, kesejahteraan hidupnya tak tercukupi.
              Sudahlah, sebaiknya tak perlu membahas terlalu banyak tentang kesejahteraan para guru. Masih ada hal menarik lain yang ada di sekolahku. Salah satunya, tentu saja para siswa yang menghuni setiap ruang kelas. Sebuah kelas dapat menampung hingga 45 orang siswa. Sesuatu yang terlalu berlebihan, kurasa. Di dalam setiap kelas itu terdapat banyak sekali karakter, sifat, dan kebiasaan yang berbeda-beda. Namun hanya satu hal yang membuat mereka terlihat sama. Prestasi. Secara umum, sekolah kami memang termasuk sekolah yang berada di bawah rata-rata dalam hal prestasi, baik akademik maupun non akademik. Sekolahku tak pernah berhasil jika mengikuti olimpiade sains atau hal-hal semacamnya. Apa lagi sampai go international dan bersaing dengan mereka yang sudah sering memenangkan medali emas.
              Pantas saja jika hal itu terjadi. Aku pernah membaca sebuah berita di koran yang digunakan Ibu untuk membungkus makanan. Di sana tertulis bahwa dari sekian ribu SMA yang ada di negeri ini, hanya ada tujuh sekolah yang kualitasnya diakui secara internasional. Tentu saja sekolahku tidak termasuk ke dalam tujuh sekolah itu.
              Tadi sudah ku ceritakan, sekolahku tak terlalu jauh dari rumah. Oleh karenanya setiap hari aku berjalan kaki, pulang pergi.
              “Sudahlah, anggap saja itu olah raga.” kata ibu ketika pada suatu hari aku mengajukan keberatanku jika setiap hari aku harus berjalan kaki ke sekolah.
              Di perjalanan, aku melihat Rudi. Dia teman sekelasku ketika masih di SMP. Dia tidak melanjutkan sekolahnya hanya karena sebuah alasan klasik, biaya. Keadaan keluarganya memang tak berbeda jauh dengan keluargaku. Ibunya seorang pembantu rumah tangga, sedangkan ayahnya telah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Tapi, bukannya membantu meringankan beban keluarganya, setelah lulus SMP ia malah terjerumus ke dalam pergaulan yang tak baik. Berpenampilan dan berperilaku layaknya seorang preman, merokok, dan terkadang aku melihatnya sedang tak sadarkan diri di samping botol-botol minuman keras. Bahkan aku pernah mendengar desas-sesus dari teman-temanku yang lain bahwa Rudi mengkonsumsi narkoba.       Ya Tuhan, dia telah berubah 180 derajat. Tak seperti dulu ketika kami berteman.
              Sepagi ini, Rudi sudah duduk menjuntai di sebuah halte. Sebatang rokok mengepul di sela-sela jari tangan kanannya. Ketika aku melewatinya, aku berusaha tersenyum dan menyapa, tapi dia tak menjawab. Dia hanya melihat ke arahku sebentar, lalu pergi menyeberang jalan.
              Ada apa dengannya? Apakah dia malu bertemu denganku?
              Lima menit kemudian, aku sudah tiba di depan pintu gerbang sekolah. Seseorang berseragam satpam berjaga-jaga dengan wajah seperti mencemaskan sesuatu. Seorang satpam lain datang menghampirinya dengan tergesa.
              “Bagaimana?”
              “Tadi saya sudah memeriksa ke belakang sekolah, tapi tidak ada apa-apa.”
              “Loh? Tadi katamu mereka datang jam tujuh. Sekarang sudah jam tujuh.”
              “Jangan-jangan info yang saya dapatkan salah.”
              “Ya sudah, untuk berjaga-jaga, lebih baik sekarang kita mengadakan razia. Siapa tahu di antara mereka ada yang membawa senjata tajam untuk tawuran.”
              “Baiklah. Ayo!”
              Apa? Tawuran?
              Mendengar kata tawuran, nyaliku agak ciut juga. Selain takut menjadi korban, aku juga takut dimarahi Ibu.
              “Badan kurus kering begitu mau ikut tawuran? Kamu mau jadi jagoan? Kamu cuma bikin Ibu susah, tahu?” aku yakin, itulah kata-kata yang akan Ibu semburkan jika tahu aku terlibat tawuran.
              Hatiku menjadi lega ketika sampai jam pelajaran berakhir tidak terjadi apa-apa di sekolah. Tidak ada yang namanya tawuran. Aku bisa pulang dengan perasaan tenang.
              Siang ini, aku pulang seperti biasa, di waktu seperti biasa, dan melewati jalan yang biasa kulewati. Agak sepi memang. Di sebelah kanan jalan yang tak terlalu lebar ini ada sebuah rumah kosong yang dibiarkan terbengkalai. Sedangkan sebelah kiri jalan dipenuhi semak-semak tak terawat setinggi hampir satu meter.
              Aku harus mempercepat langkahku. Ibu menunggu di rumah, pikirku. Tapi tiba-tiba aku mendengar seseorang berteriak dari sebelah kanan, dari dalam rumah kosong itu.
              “Seraaang…”
              Ketika menoleh ke arah datangnya suara itu, aku sempat melihat sebuah batu sebesar kepalan tangan melayang dengan cepat mengarah ke keningku. Karena begitu cepatnya, aku tak sempat menghindar. Lalu, “Bukk…”.
              Aku merasa kepalaku sakit sekali, pandanganku berputar lalu mengabur. Aku rubuh ke tanah. Hanya suara-suara teriakan yang kudengar. Beberapa detik kemudian aku tak sadarkan diri.

      Preface

      Selamat datang . Ini adalah blog pribadi ku yang ke sekian . Di sini , aku mencurahkan semua pemikiranku , kisah hidupku , catatan kuliah , permasalahan , dan lain sebagainya . Semoga apa yang aku post dapat bermanfaat bagi siapapun . Kritik dan saran yang membangun sangat aku butuhkan untuk tulisan yang lebih baik lagi . Well , join this blog !
      Powered By Blogger