Cari Blog Ini

Kamis, 27 Oktober 2011

Curhat, Eps. 2

"Yeaahh ... I'm free !!!"
Kata-kata itulah yang ingin sekali kuucapkan ketika keluar dari ruang ujian Kimia Organik. Setelah melaksanakan Ujian Tengah Semester (UTS) selama beberapa hari, akhirnya aku bisa bernapas dengan sedikit tenang karena ujian telah selesai (walaupun hanya untuk sementara).

Tapi, aku merasa ujian kali ini kurang maksimal. Tak tahu apa yang tengah terjadi pada diriku. Seperti mengambang, tak tentu arah, seperti tak ada tujuan. Sehingga, bukannya menghapal materi ujian, aku malah sering melamun, melakukan sesuatu yang seharusnya tak perlu aku lakukan, tapi tidak melakukan apa yang seharusnya aku lakukan.Hasilnya, banyak materi ujian yang tak aku pahami. Tapi untunglah teman-temnku berbaik hati mengajariku dengan belajar bersama, berdiskusi, bahkan sampai berdebat hingga larut malam. And I pressent my special thanks for Tuchin, Emmy, Ayin, Rachma, Gia, dan semua orang yang telah sangat membntuku selama UTS kali ini.
Entahlah. Mungkin memang aku yang salah. Tak teratur belajar. Hanya main-main.
Hey... please. Di sini, aku mengemban amanah yang besar. Amanah dari orang tuaku. Amanah dari orang-orang yang sangat mengharapkan keberhassilanku. Kenapa aku malah berleha-leha? Enak-enakan seolah-olah kesempatan yang kudapatkan ini bukanlah sesuatu yang berharga.
Hey... please. Tak semua orang bisa menikmati posisi yang sekarang aku tempati. Aku telah berhasil menyngkirkan sekian ribu orang yang bersaing mendapatkan posisi ini. Tak kusadari, aku sungguh beruntung. Teramat sangat beruntung. Tapi apa? Apa yang telah aku lakukan untuk menghargai keberuntungan yang aku dapatkan itu? Apa yang telah aku perbuat untuk membuktikan pada orang lain bahwa aku memang pantas untuk menerima semua ini?
Ya, sekarng aku baru tersadar. Aku harus melakukan sesuatu. Sesuatu yang bisa membuat orang lain percaya bahwa aku bisa. Aku memang tak memiliki apa yang orang lain miliki. Aku memang tak bisa melakukan apa yang orang lain bisa lakukan. Tapi itu semua tak akan menyurutkan langkahku. Tak akan sedikitpun mengubah tekadku.
Aku jadi teringat obrolanku dengan Ayah beberapa hari yang lalu via telepon. Melalui kata-katanya yang penuh 'mantra', beliau memberiku semangat. Beliau berkata bahwa beliau merasa sangat bangga memiliki anak laki-laki sepertiku. Anak laki-laki yang beliau percaya akan mengangkat nama keluarga. Aku sungguh terharu mendengar kata-kata beliau. Tak terasa mata ku mulai berkaca-kaca, hampir meneteskan air mata. Aku hanya bisa berkata, "iya, Pa,". Speechless.
Ya Tuhan, orang tuaku begitu menyayangiku. Mereka begitu bangga memilikiku. Tapi aku? Aku sering mengecewakan mereka. Tak jarang aku menyakiti hati mereka, dengan kata-kata yang tak seharusnya aku ucapkan, dengan perbuatan yang tak seharusnya aku lakukan. Aku sungguh tak pantas melakukannya.
Ya Tuhan, berikn ku kesempatan untuk membals kasih sayang yang telah mereka berikan padaku. Berikan aku kesempatan untuk mengukir senyum, di bibir mereka. Walaupun aku tahu, itu semua tak akan mampu menandingi segala cinta dan kasih sayang mereka.
Jadi, ya Tuhan, izinkan aku untuk mewujudkan semua cita-citaku. Hanya itu yang bisa aku lakukan untuk membahagiakan mereka.
Aku mohon...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger