Cari Blog Ini

Jumat, 14 Oktober 2011

PENGATURAN SUHU TUBUH MANUSIA DAN GANGGUAN EKSKRESI KERINGAT AKIBAT PAKAIAN KETAT

       I.            PENDAHULUAN
A.     Sistem Pengatuan Suhu Tubuh Manusia
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk dapat mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu tubuh inti telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh akan dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37˚C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan terangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.

B.     Pentingnya Memahami Konsep Pengaturan Suhu Tubuh
            Memahami konsep pengaturan suhu tubuh sangat berguna baik dalam hal penelitian atau pun dalam persoalan klinik, seperti mengatasi demam, persoalan pemberian hipotermik pada kasus pembedahan (bedah jantung), terapi pada kasus yang disebabkan panas berlebihan (heat stroke), atau pada kasus kedinginan yang ekstrem.
            Manusia dan binatang menyusui mempunyai kemampuan untuk memelihara suhu tubuh relatif konstan dan berlawanan dengan suhu lingkungan. Urgensi diperhatikannya suhu tubuh pada manusia adalah berhubungan dengan reaksi kimia di dalam tubuh kita. Misalnya, kenaikan suhu 10˚C dapat mempercepat proses biologis 2-3 kalinya.
Suhu inti (core temperature) manusia berfluktuasi sekitar 1˚ Celcius dalam kegiatan sehari-hari. Misalnya paling rendah adalah pada waktu pagi hari sekitar jam 4 sampai jam 6 pagi, dan mencapai puncaknya pada sore hari sekitar jam 2 sampai jam 3 sore.





    II.            ISI
A.     Prinsip Pengaturan Suhu Tubuh
            Konsep core temperature merupakan dua bagian dalam soal pengaturan suhu tubuh, yaitu bagian dalam inti tubuh, dan bagian luar tubuh. Pada bagian dalam inti tubuh, yang benar-benar mempunyai suhu rata-rata 37˚C, yaitu  diukur pada daerah mulut, otot, membran timpani, vagina, dan esofagus (daerah Tr). Pada bagian luar yaitu permukaan kulit sampai ± 2 cm kedalam (daerah Ts).
            Dari dua bagian tersebut dapat disimpulkan bahwa suhu tubuh rata-rata (TMB : Temperature Mean Body) dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

TMB = 0,33 Ts + 0,67 Tr


B.     Organ Pengatur Suhu Tubuh
            Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah hipotalamus. Hipotalamus ini dikenal sebagai termostat yang berada di bawah otak. Hipotalamus anterior berfungsi mengatur pembuangan panas. Hipotalamus posterior berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas.
Gambar hipotalamus yang terletak di bawah otak :



C.     Mekanisme Pengaturan Suhu Tubuh
Kulit à Reseptor ferifer à Hipotalamus (posterior dan anterior) à Prioptika hipotalamus à Nervus eferent à Kehilangan atau pembentukan panas.
D.     Sumber Panas
1)      Metabolisme
Kegiatan metabolisme tubuh adalah sumber utama pada pembentukan atau pemberian panas tubuh. Pembentukan panas dari metabolisme dalam keadaan basal (BMR) ± 70 kkal/jam, sedangkan pada waktu kerja (otot melakukan kegiatan) naik sampai 20%.
2)      Menggigil
Bila dalam keadaan dingin seseorang menggigil, maka produksi panas akan bertambah, bahkan sampai 5 kalinya.

E.     Mekanisme Peningkatan Suhu Tubuh
1)      Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer dilakukan hampir pada semua area tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.

2)      Berkeringat
Apabila suhu melewati batas normal yaitu 37˚C, maka keringat akan keluar melalui permukaan kulit. Pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1 ˚C akan menyebabkan pengeluaran keringat cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar.

3)      Penurunan pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.

F.      Mekanisme Penurunan Suhu Tubuh
1)      Vasokontriksi kulit di seluruh  tubuh
Vasokontriksi ini terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior.
2)      Piloreksi
Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel rambut berdiri.
3)      Peningkatan pembentukan panas
Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin.

G.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fluktuasi Suhu Tubuh

1)      Kecepatan metabolisme basal
2)      Rangsangan saraf simpatis
3)      Hormon pertumbuhan
4)      Hormon tiroid
5)      Hormon kelamin
6)      Demam
7)      Status gizi
8)      Aktivitas
9)      Gangguan organ
10)  Lingkungan

H.    Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Permukaan Kulit
1)      Radiasi
Radiasi merupakan kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5-20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15% dari seluruh mekanisme kehilangan panas.
2)      Konduksi
Konduksi merupakan proses perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relatif jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif dan terus-menerus.
3)      Evaporasi
Evaporasi dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap 1 gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450-600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus-menerus dengan kecepatan 12-16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan sistem pernapasan.
4)      Usia
Usia sangat mempengaruhi metabolisme tubuh manusia sehingga memberi efek tidak langsung terhadap suhu tubuh. Secara umum, proses ini mampu meningkatkan metabolisme hingga lebih dari 10%.

I.       Bahaya Menggunakan Pakaian Ketat Terkait dengan Kesehatan
Pada zaman sekarang, pakaian telah beralih fungsi. Bukan sebagai pelindung tubuh dari gangguan yang berasal dari luar tubuh, tetapi cenderung berfungsi sebagai penghias atau aksesoris tubuh, atau bahkan hanya sekedar alat yang digunakan untuk membedakan status sosial. Banyak orang merasa bangga ketika dirinya mengenakan pakaian mini dan mencetak bentuk tubuh. Mereka tidak memikirkan dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan pakaian dengan model seperti itu. Bahkan mereka menganggap bahwa pakaian seperti itu merupakan cerminan dari modernisasi. Tentu saja pemikiran seperti itu keliru. Justru gaya hidup modern tercermin dari cara berpikir yang logis dan ilmiah.
Jika dilihat dari segi kesehatan, penggunaan pakaian ketat memberi dampak negatif pada kesehatan tubuh, terutama pada kesehatan kulit. Manusia memiliki 3 juta kelenjar keringat. Kelenjar keringat dapat ditemukan di dermis, yaitu daerah di dekat permukaan luar kulit. Kebanyakan terdapat di telapak tangan dan kaki, dan tidak terdapat di bibir. Dengan aktivitas fisik yang berat dalam suhu hangat sampai panas, kelenjar akan mengeluarkan sekitar 2 liter keringat lebih banyak dari biasanya, tergantung pada kebutuhan tubuh dan pengaturan suhu tubuh. Kulit berfungsi antara lain sebagai alat ekskresi, organ penerima rangsangan, pelindung terhadap kerusakan fisik, dan untuk pengaturan suhu tubuh, yaitu dengan mengeluarkan keringat.

Gambar kelenjar keringat pada permukaan kulit:



Aktifnya kelenjar keringat mengakibatkan keluarnya keringat ke permukaan kulit dengan cara penguapan. Penguapan mengakibatkan suhu di permukaan kulit turun ke titik normal sehingga tubuh tidak merasakan panas yang berlebihan. Namun, terkadang keringat tidak dapat keluar dari permukaan kulit. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain karena penggunaan pakaian yang terlalu ketat, sehingga kulit sulit melakukan ekskresi. Keringat merupakan pelembab alami bagi kulit. Apabila tubuh tidak mengeluarkan keringat, maka kulit akan menjadi kering.
Selain itu, jika seseorang sering menggunakan pakaian ketat, pori-pori di kulitnya akan semakin mengecil. Hal ini mengakibatkan keringat akan sulit keluar, bahkan ketika suhu tubuhnya meningkat. Jika tubuh tidak dapat mengeluarkan keringat secara wajar, maka kotoran yang seharusnya dikeluarkan melalui kulit akan tertahan dalam tubuh. Hal ini dapat menjadi toksik bagi tubuh.

KESIMPULAN DAN SARAN
Tubuh manusia mempunyai suhu yang dapat berubah-ubah. Pengaturan suhu tubuh manusia dilakukan oleh hipotalamus yang terdapat di otak. Ketika suhu tubuh meningkat, tubuh akan mengeluarkan keringat yang diekskresikan melalui kelenjar keringat di kulit. Keluarnya keringat menjadikan suhu tubuh menurun karena keringat dapat mengikat panas tubuh dan mengeluarkannya.
Berkeringat merupakan sesuatu yang wajar dan dibutuhkan oleh tubuh. Namun, pengeluaran keringat dapat mengalami gangguan. Gangguan ini dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya penggunaan pakaian ketat secara terus menerus. Pakaian ketat dapat menutup permukaan kulit dan menghambat laju pengeluaran keringat. Apabila keringat tidak diekskresikan secara normal, maka kotoran yang seharusnya dikeluarkan akan tertahan di dalam tubuh dan dapat menyebabkan penyakit.
Salah satu cara untuk melancarkan laju pengeluaran keringat adalah dengan tidak menggunakan pakaian yang terlalu ketat atau pakaian yang membuat tubuh merasa tidak nyaman. Selain itu, berolah raga secara rutin dapat memperlancar laju ekskresi keringat dari dalam tubuh.

DAFTAR PUSTAKA
Bhatia, Mahesh V, Paul N. Cheremisinoff.1990.Heat Transfer Equipment.Pennsylvania: Technomic Publishing Company, Inc.
Botterill, JSM.1975.Fluid-Bed Heat Transfer.London: Academic Press, Inc. Ltd.
Cengel, Yunus A.1998.Heat Transfer: A Practical Approach, Second Edition.New York: Mc Graw Hill, Inc.
Halliday, David , Robert Resnick.1978.Physics, Third Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.

1 komentar:

Powered By Blogger